Keikhlasan Para Ulama Menangis Karena Allah ~


facebook

KEIKHLASAN PARA ULAMA DALAM MENANGIS KARENA ALLAH

Diriwayatkan bahwa Sufyan ats-Tsauri rahimahullah menangis, kemudian beliau berkata, ”Aku takut ditulis oleh Allah sebagai orang yang celaka,” beliau terus menangis, kemudian berkata, ”Aku takut keimanan ini dicabut dari diriku ketika aku akan meninggal dunia.” ini menunjukkan bagaimana takutnya beliau dari terbaliknya hati dari keimanan menuju kekufuran.
(Khusnus Khotimah wa Suu’uhaa, karya Kholid bin ’Abdurrohman asy-Syayi’, hal. 4, cet. Al-Maktab at-Ta’awuny).

Diriwayatkan bahwa Imam Malik bin Dinar rahimahullah berdiri di tengah malam sambil memegang jenggotnya, seraya berkata : ”Ya Ilaahi, engkau telah mengetahui siapa saja (di antara hambamu) yang masuk surga dan siapa saja yang jadi penghuni neraka, lalu kemanakah tempat kembaliku (apakah surga yang ku tuju ataukah neraka yang menantiku). Beliau selalu mengucapkannya sampai datang waktu Subuh (fajar).”
(Khusnul Khotimah wa Suu’uhaa, hal. 4).


Diriwayatkan pula bahwa Ayyub as-Sikhtiyaani rahimahullah adalah seorang yang berhati lembut, apabila beliau menjumpai ibroh (hikmah), maka beliau tak kuasa menahan air matanya, kemudian beliau mengusap wajah dan hidungnya sambil berkata, ”Alangkah berat penyakit flu ini,” beliau melakukan itu karena tidak ingin tangisannya karena Alloh diketahui orang lain.
(Siyar A’laam an-Nubala’, 6/20, karya al-Imam Adz-Dzahabi).

Jika salah seorang dari generasi tabi’in tidak mampu berpura-pura sakit untuk merahasiakan air matanya, ia berdiri sebab khawatir air matanya diketahui banyak orang. Itulah yang disebutkan Imam Hasan al-Bashri. Ia berkata, ”Seseorang duduk di satu tempat. Jika air matanya keluar, ia menahannya. Jika ia khawatir air matanya tidak dapat dibendung, ia berdiri.”
(Az-Zuhd, Imam Ahmad : 262).

Al-A’masi rahimahullah mengatakan, ”Suatu saat Hudzaifah menangis di dalam sholatnya. Setelah selesai maka beliau berbalik dan ternyata ada orang dibelakangnya maka beliau pun berkata, ”Jangan kamu beritahukan hal ini kepada siapapun.””
(Diriwayatkan oleh al-hasan adh-Dhorrob dalam Dzamm ar-Riya’, dinukil dari Tajrid al-Ittiba’ fi Bayan Asbabi Tafadhul al-A’mal, hal. 53, cet. Dar al-Imam Ahmad, 1428 H).

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abi Laila melaksanakan sholat, kemudian tatkala di merasa ada seseorang yang akan masuk (kamarnya) maka beliau langsung berbaring di tempat tidurnya. Sebagaimana diriwayatkan pula bahwa sebagian para salaf dahulu melaksanakan sholat dan menangis, kemudian tatkala ada seorang tamu yang datang maka mereka segera mencuci wajah-wajah mereka untuk menghilangkan bekas air mata mereka
(Lihat Miftah al-Afkar li at-Ta’ahhubi li Dar al-Qoror, 2/27, karya ’Abdul ’Aziz bin Muhammad as-Salman).

Itulah para ulama’, tangisan mereka adalah tangisan keikhlasan, keteduhan dan sumber kebahagiaan, bukan tangisan kepura-puraan, kemunafikan dan berharap pujian sebagaimana yang dilakukan kebanyakan manusia zaman sekarang, semoga mata mereka (para salaf) dijaga oleh Allah dari api neraka.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ”Ada dua mata yang tidak tersentuh api neraka : mata yang menangis karena Allah dan mata yang terjaga di malam hari karena berjuang di jalan Allah.” (Dikeluarkan Imam at-Tirmidzi dalam Sunan-nya : 1337 dan dishohihkan al-Albani dalam al-Miskat : 3829).

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : ”Tujuh golongan yang Allah naungi pada hari kiamat nanti di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah, kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan di antaranya : seseorang yang mengingat Allah dalam kesendiriannya kemudian mengalirkan air matanya.” (Dikeluarkan Imam Bukhori dalam Shohih-nya : 1357 dan Imam Muslim : 2427).

Tidakkah kita melihat tangisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Diriwayatkan dari ’Ubaid bin ’Amir radhiyallahu ‘anhu : ”Sesungguhnya dia bertanya pada ’Aisyah radhiyallahu ‘anha : ”Kabarkan kepada kami perkara yang paling Anda kagumi dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,” kemudian beliau (’Aisyah) berkata, ”Pada suatu malam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, ”Wahai ’Aisyah, biarkan aku menyembah kepada Tuhanku malam hari ini,” maka aku berkata, ”Ya Rasulullah, aku ingin berada di dekatmu dan menyukai apa yang menggembirakanmu,” tetapi beliau berdiri dan mengambil air wudhu, kemudian beliau berdiri melaksanakan sholat yang panjang, beliau terus menangis dalam sholatnya, sampai basah pangkuannya, dan basah pula tanah tempat beliah bersujud, kemudian datanglah Bilal untuk menjembut beliau (melaksanakan sholat Subuh), ketika dia (Bilal) menjumpai Rasulullah menangis maka dia mengatakan, ”Ya Rasulullah, Anda menangis? Bukankah Allah telah mengampuni dosa Anda, baik yang lalu atau yang akan datang?”

Beliau menjawab, ”Kenapa aku tidak menjadi hamba yang bersyukur? Telah turun kepada-ku sebuah ayat, sungguh celaka bagi umatku yang membacanya akan tetapi tidak memahaminya.” Kemudian beliau membaca ayat : ”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Ali Imron : 190).”
(Dishohihkan al-Albani dalam Shohih at-Targhib : 1468 dan ash-Shohihah : 68).

Sungguh alangkah jauhnya kita dari keikhlasan mereka…



Info Menarik Lain di :


Info Menarik Lain Mengenai Komputer, Bahasa, Motivasi, berita di :


Info Menarik Lain Mengenai Masak Memasak di :


Komentar